Senin,
13 Nopember 1990 merupakan hari yang cukup bahagia bagi Renanda
Pradipta (25) sabagai sang bapak dan juga Nia Nurmala (22) sebagai
seorang ibu. Alhamdulillah sang ibu berhasil melahirkan dua orang kembar
berbeda jenis kelamin, Dewa Aryanto sebagai kakak serta Dewi Aryanti
sebagai adiknya. Mereka terlahir dengan selamat. Renanda sangat
bersyukur atas kelahiran anak mereka yang ternyata kembar. Ia berharap
semoga mereka bisa berguna bagi dunia dan juga isinya. Dewa menerima
warisan kegantengan dari bapaknya dan Dewi kecantikan dari sang ibu.
Juli
1997, adalah bulan di mana mereka harus melepaskan ke dua anak mereka.
Kini Dewa dan Dewi akan berumur 7 tahun, muda dan masih mempunyai banyak
impian. Cita-cita Dewa adalah menjadi seorang pilot dan Dewi menjadi
seorang arsitek. Hal ini dapat dilihat dari jenis permainan mereka, Dewa
sang kakak yang suka dengan pesawat-pesawatan serta Dewi yang suka
dengan bangunan. Selayaknya anak kecil, mereka sering kali bergulat
untuk merebutkan mainan. Nia, sering sekali melerai mereka berdua.
Kematian
menjemput Renanda serta Nia ketika anak mereka berumur 12 tahun. Mereka
meninggal akibat kecelakaan pesawat Renanda dan Nia dikubur di Bekasi.
Pada awalnya, anak mereka belum tahu mengenai arti dari meninggal.
Mereka hanya tau, jikalau ibu dan bapak mereka sedang pergi ke sebuah
negara surga, negara yang jauh di sana.
“Bapak dan Ibumu sedang menunggumu di surga, mereka nitip pesan kepada om,” kata Rama Pratyaksa sabagai kakanya Renanda.
“A..apa itu om?” jawab Dewi dengan isak tangisnya yang disebabkan ia melihat beberapa orang di sekitarnya yang menangis.
“ Bapak dan ibu mu bilang kalo kalian semua harus jadi anak yang rajin dan bermanfaat bagi orang banyak. Dewi,”
“Iya om ?”
“Kamu ikut ke rumah om yuk.”
“Terus Dewa gimana ?”
“Dewa kamu ikut….”
“Kamu ikut saya Dewa, inget jangan ngerepotin ya ?”hardik adiknya Nia Nurmala yang bernama Siti Nurjannah(32).
Singkat
cerita, Dewa pun mengikuti tantenya dan ia pindah sekolah di Gorontalo,
Sulawesi sebelah utara.Sebuah tempat yang baru untuk Dewa. Ia pindah
dikarenakan mengikuti pekerjaan dari tantenya yang bekerja sebagai humas
di suatu bank swasta. Mobil, rumah besar, pelayanan yang bagus,
merupakan hal yang biasa ia peroleh tiap hari di sana. Ia pun terlena,
karena tidak ada seorang orang tua yang memberinya kasih saying maupun
memberinya peringatan.
Berbeda
dengan Dewi, makanan yang biasa, peraturan yang ketat, dan tidak ada
pelayan yang biasa mengantarkan apa pun yang ia inginkan. Ia berbudi
pekerti baik, karena ia memiliki pengawasan yang baik pula. Ia memiliki
seorang om yang patut dicontoh. Ia tidak pernah pulang malam dan punya
sopan santun terhadap orang tua.
Dewa(13,)
sudah masuk ke SMP. Bagus merupakan syarat utama dari pada SMP
tersebut, sebab ia tidak ingin masuk ke SMP yang kotor serta kumuh.
Sepeda motor adalah hal yang ia sukai saat ini. Ngebut-ngebutan dan
berkumpul bersama teman-teman, sudah menjadi hal wajar. Ia ahli di
bidang otomotif. Tak ada yang melarangnya untuk melakukan hal tersebut.
Paling-paling hanya tantenya yang suka memarahi dia, kalo ketahuan
pulang malam.
Dewi
(13), ia masuk ke sekolah unggulan, dikarenakan nilainya yang bagus. Ia
pandai mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh bapak dan ibu gurunya.
Ia diajarkan utuk memberikan salam ketika mau berangkat sekolah kepada
omnya beserta istrinya. Kerudung menjadi pakaian kesehariannya.
Tak
terasa umur mereka sudah 15 tahun. Dewa yang suka dengan balapan sepeda
motor. Serta Dewi yang hormat dan santun kepada semua orang. Saat itu
mereka sedang menduduki kelas 3 SMP. Dewa menginginkan sebuah HP yang
canggih, ia pun mencuri HP tersebut. Beberapa saat setelah kejadian
mencuri tersebut terjadi, ia ketahuan, untung saja ia tidak dipukuli
oleh orang sekampung.
Mereka
menghadai UAN. Dewa takut setengah mati, karena ia belum belajar.
Sedangkan Dewi, santai-santai saja. Ia sudah terbiasa latihan untuk
menghadapi soal ujian tersebut.hari pertama berhasil mereka lewati.
Malam hari ke dua, Dewa merasa bete unuk menghadapi soal ujian tersebut.
Akhirnya, ia mengikuti balapan liar. Ketika balapan itu terjadi, Dewa
sedang dalam posisi menang. Ia senang sekali, karena akan mendapatkan
uang taruhan. 20 meter dekat garis finis, ia melihat ada polisi. Ia pun
bingung ingin melarikan diri ke mana. Akhirnya ia banting stir ke kanan,
masuk ke sebuah desa. Dan ia pun terjatuh dalam sebuah selokan.
Kepalanya berdarah serta tangan kanannya patah. Ia pun tidak bisa
mengikuti UAN ketika paginya, karena ia harus masuk ke RS untuk
menjalani operasi. Alhasil ia tidak lulus dalam ujian tersebut. Butuh 1
bulan untuk mengobatinya. Semua biaya RS pun diberikan kepada tantenya.
Berbeda
dengan Dewi, ia mengerjakan semua soal di hari ke dua dan ke tiga
dengan tenang. Ia berhasil mendapatkan nilai yang baik. Namun ia
terkejut setelah mengikuti ujian. Ia mendengar bahwa kembarannya
dioperasi. Ia pun memohon kepada Tuhan, untuk memberikan Dewa
keselamatan. Dewi pun bingung kenapa Dewa bisa sampai dioperasi
kepalanya, ia mengira bahwa Dewa ditabrak oleh orang.
Setelah
sembuh, Dewa dibawa pulang ke Bakasi. Ia pun curhat kepada Dewai sang
adik bahwa selama ini, ia tidakmendapatkan larangan apapun dari
tantenya. Dan ia dioperasi kepalanya karena ia masuk ke sebuah selokan.
Dewa sedih karena harus mengulang kelas 3.
Dewi(16)
masuk ke SMA ternama. Ia senang dan merasa tertantang. Sedangkan Dewa
masih di bangku SMP kelas 3. Dewa pun senang saat ini, karena ia
memiliki seorang om yang baik serta mengerti apa yang ia butuhkan. Dewa
membutuhkan kasih sayang serta peraturan yang jelas.
2009,
merupakan tahun berpisahnya Dewa dan Dewi. Hal tersebut terjadi karena
Dewi harus pindah ke Tangerang, dikarenakan oleh ia sudah lulus SMA dan
harus menempuh tahap belajarnya yang berikut di STAN. Ia gagal menjadi
arsitek. Dewa sangat sedih bercampur senang menerima kenyataan yang
seperti itu.
2010,
tahun akhir di mana Dewa tinggal di rumah omnya. Ia akan pindah ke
Jogja untuk menggali kemampuan ia di bidang komunikasi. Ia sekarang
masuk di jurusan tersebut di UII. Ia berharap suatu saat nanti ia akan
menjadi seorang yang bisa mengoptimalkan media yang ia pegang.
Dewa
dan Dewi pun masih sering kontak melalui Facebook, SMS, telponan, serta
surat menyurat. Meraka mengingat pesan kedua orang tuanya. Bahwa mereka
harus menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Gambar:http://images.tokomutia.multiply.com/image/1/photos/upload/orig/RtPpJwoKClYAAAsXAMc492/1.jpeg?et=57Nwdi4h5yiCNuj3SdAn3A